OKEBALI.COM Denpasar 22 Desember 2022.
Bpk drh I Putu Terunanegara MM mengatakan Nilai ekspor di beberapa sektor seperti sektor perkebunan, hortikultural, tanaman pangan, dan pertenakan untuk tahun 2022 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2021. meskipun mengalami peningkatan namun ada beberapa ekspor mengalami penurunan bahkan jauh dari harapan. Demikian dikatakan kepala Badan Karantina Pertanian kelas I Denpasar, drh I Putu Terunanegara,MM pada kamis (22/12) pada acara silahturahmi bersama awak media di Balai Karantina kelas I Denpasar.
Terunanegara mengatakan, penurunan yang cukup besar yang terjadi tahun ini adalah di sektor Hortikultural seperti ekspor buah manggis. buah manggis yang sangat diminati terutama di negara China untuk acara keagamaan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Buah musiman ini sebelumnya menjadi sektor unggulan pada musimnya. dan menjadi sumbangan terbesar. pada pengiriman sebelum sebelumnya untuk bulan ini bisa mencapai rata rata 80-100 ton.
“pertanian untuk tahun 2021 ralatif mengalami kenaikan. yang membuat turun adalah dari sektor non pertanian terutama pada buah manggis.faktor penyuplai ekspor tertinggi adalah buah manggis. Seharusnya sekarang puncak musim manggis tapi sampai hari ini belum ada buah manggis, pantauan kami dilapangan memang buah manggis sedang ada keterlambatan panen, buahnya tidak maksimal
Nilai ekspor pertanian dalam arti luas pada 2022 melonjak dibandingkan tahun 2021. Jika tahun 2021 nilainya hanya Rp 93.970.120.338, pada tahun 2022 nilainya melonjak menjadi 119.218.610.361.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Putu Terunanegara didampingi sejumlah pejabat lainnya saat acara Coffee Morning bersama puluhan media, Kamis (22/12/2022). “Ya nilai ekspor pertanian pada 2022 naik dibandingkan tahun 2021,” tegasnya.
Dia merinci, ekspor pertanian terdiri atas perkebunan senilai Rp 49.047.433.363, ekspor holtikultura senilai Rp 7.997.070.477, ekspor tanaman pangan senilai Rp 6.055.000, dan ekspor peternakan senilai Rp 62.168.051.521. Dengan begitu, secara keseluruhan nilai ekspor pertanian mencapai Rp 119.218.610.361.
Walau ekspor pertanian mengalami kenaikan, Terunanegara menegaskan, untuk tahun 2022 ini, ekspor manggis yang menjadi andalan Bali belum maksimal. Hal ini semata-mata karena keterlambatan panen manggis akibat pergeseran musim. “Entah kenapa, panen manggis yang menjadi andalan ekspor komoditi pertanian tak maksimal tahun ini,” tegasnya lagi.
Kondisi berbeda terjadi untuk ekspor nonpertanian justru mengalami penurunan yang cukup drastis. Pada tahun 2021 ekspor nonpertanian Bali mencapai Rp 40.074.736.131, sementara pada 2022 nilainya hanya Rp 11.445.251.814. “Penurunannya hingga Rp 28.629.484.317,” tegasnya.
Dia meyebut, ekspor nonpertanian meliputi furniture dan handicraft. Hal ini, katanya, semata-mata karena tak adanya layanan fumigasi serta tak adanya kapal yang menangani ekspor di Pelabuhan Benoa, serta belum maksimalnya penerbangan. “Karena persoalan inilah, ekspor Bali dari sektor nonpertanian mengalami penurunan,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Terunanegara menyatakan kabar gembira bahwa Kantor Karantina Pertanian Kelas I Denpasar sukses meraih dua penghargaan sekaligus. Pertama sebagai wilayah bebas korupsi dari KPK, dan yang kedua, dalam hal keterbukaan informasi publik sukses meraih peringkat I terinformatif. “Ini semua berkat dukungan semua para stakeholder termasuk kalangan media,” tegasnya.
Ukie/tika/as