Breaking News

Kereta Cepat Wooosh kenapa merugi dan jadi masalah?

Jakarta OKEBALI.COM

Kereta Whoosh merugi karena pendapatan operasionalnya tidak mencukupi biaya operasional dan beban utang yang sangat besar untuk pembangunan. Kerugian ini menjadi masalah karena dampaknya dapat dibebankan ke BUMN yang terlibat, seperti PT KAI, dan berpotensi memengaruhi proyek strategis lain serta kepercayaan publik

Penyebab kerugian:
Pendapatan tidak sebanding dengan biaya: Pendapatan dari penjualan tiket tidak cukup untuk menutupi biaya operasional dan pembayaran bunga utang proyek.

Beban utang yang besar: Pembangunan kereta cepat membutuhkan dana lebih dari Rp112 triliun (USD 7,2 miliar), yang sebagian besar berasal dari pinjaman bank China.
Pembengkakan biaya: Biaya proyek membengkak melebihi perkiraan awal menjadi sekitar Rp120 triliun

Dampak dan masalah:
Beban pada BUMN: Kerugian proyek ini harus ditanggung oleh perusahaan patungan, yaitu PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang berdampak pada keuangan BUMN Indonesia yang terlibat, terutama PT KAI.
Potensi dampak pada masyarakat: Jika kerugian berlanjut, dampaknya bisa berupa tertundanya proyek strategis lain atau perluasan modal negara (PMN) yang akhirnya bisa mengalir ke masyarakat.
Turunnya kepercayaan publik: Kondisi keuangan yang memburuk dan masalah kerugian bisa menurunkan kepercayaan publik terhadap proyek transportasi besar di masa depan.

Foto : Kereta cepat Wooosh Jakarta- Bandung

Ancaman “bom waktu”: Direktur Utama KAI menyebut beban utang proyek ini sebagai ancaman serius, atau “bom waktu” bagi keuangan perusahaan

Perencanaan yang buruk: Perencanaan yang kurang matang saat awal proyek juga menjadi salah satu penyebab pembengkakan biaya, yang bahkan merugikan perusahaan konstruksi seperti PT Wijaya Karya (WIKA).

Dampak dan upaya penyelesaian
Memengaruhi keuangan KAI: Laba PT KAI tersedot oleh kerugian jumbo Whoosh, yang bisa berdampak pada layanan kereta api secara keseluruhan.
Tanggung jawab BUMN: PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PT PSBI), sebagai anak perusahaan KAI dan pemegang saham mayoritas KCIC, mencatat kerugian yang signifikan.
Upaya restrukturisasi utang: Berbagai pihak, termasuk BUMN, berupaya mencari skema untuk menyelesaikan beban utang tersebut, namun proses negosiasi dengan pihak Tiongkok tidak akan mudah.

Bagikan Artikel
';document.write(commandModuleStr);