Buleleng-okebali.com
Pengrupukan adalah salah satu rangkaian Hari Raya Nyepi yang di tahun ini jatuh pada hari selasa 21 Maret 2023, dimana esoknya merupakan hari raya nyepi 1 caka 1945, umat hindu melaksanakan catur brata penyepian, ada empat pantangan dalam Catur Brata Penyepian yaitu amati karya, amati geni, amati lelungan, dan amati lelanguan.
Antusias umat dalam melaksanakan pengrupukan sangat terasa di seluruh bali, salah satunya di Desa Umeanyar-seririt, dengan mengarak ogoh-ogoh serta pertunjukan seni tari profan “Taksu” menambah suasana magis saat itu.

Menurut penata tari Made Ariyawan serta penata tabuh Putu Agus Wiana Putra, tari Taksu mengambil filosofi pelangkiran, dimana pelangkiran merupakan salah satu sarana untuk berdoa bagi umat hindu yang ada di perantauan.
Menurut pemaparan nya serta dikutip dari laman phdi.or.id, plangkiran sebagai tempat sajen yang ditempatkan pada kamar (1986). Sejatinya plangkiran telah lama menjadi pilihan untuk menstanakan Ida Sang Hyang Widhi dalam berbagai manifestasinya yang paling praktis, mudah dibuat, didapat, atau ditempatkan, dan memenuhi fleksibilitas fungsi dalam kesederhanaan bentuknya. Plangkiran menjadi pusat orientasi religious umat Hindu dalam segala swadharma ‘profesi’, sehingga keberadaannya dengan mudah dapat dijumpai di kamar dalam arti luas, seperti: kamar tidur, ruang kerja, kamar suci, warung, gerobak/rombong dagang keliling, di pasar, bahkan di dalam mobil.
Bentuk plangkiran menyerupai bagian atas dari pelinggih padma. Pelinggih Padma sendiri secara arkeologi diperkirakan berkembang dari bentuk pemujaan tahta batu jaman pra sejarah. Sutaba (1995) memperkirakan tahta batu bersusun yang mempunyai sandaran tangan kiri-kanan dan punggung, seiring perkembangan system pemujaan menjadi bentuk jempana, gayot/joli, dan wadah (bake) serta kembang secara vertical menjadi bentuk padmasana.

Perkembangan ini mengarahkan pemahaman plangkiran juga merupakan simbolik gunung. Puncak-puncak bukit dan gunung diyakini menjadi stana roh suci leluhur maupun para dewa manifestasi Tuhan sejak era pra sejarah nenek moyang Nusantara, dan semakin dipermulia oleg ajara Hindu India. Plangkiran menjadi salah satu stilirisasi sebuah bentuk puncak gunung yang dikultus menjadi stanaNya, disamping bentuk-bentuk pelinggih yang lebih bersifat permanen dalam arsitektur pemujaan Hindu.


Pengerupukan bermakna menyomia para Bhuta Kala dari pekarangan rumah dan lingkungan sekitar. Upacara ini diadakan setelah Mecaru, yakni dengan menabur nasi tawur, mengobori sekitaran, menyeburi rumah dengan Mesiu, dan juga membunyikan benda-benda supaya menimbulkan suara.